Perselingkuhan tidak hanya berbahaya bagi hubungan percintaan atau pernikahan, tetapi juga pada kesehatan tubuh. Pria yang berselingkuh paling sering kena serangan jantung dibandingkan pria yang melakukan hubungan seks dengan pasangan legalnya.
Sebuah studi di Jerman menunjukkan bahwa ketika serangan jantung yang terjadi selama atau setelah berhubungan seks, korbannya hampir selalu adalah pria usia tua yang terlibat dalam perselingkuhan dengan wanita yang lebih muda.
Penyebabnya adalah kegembiraan yang meningkat terkait dengan mitra asing dan pengaturan yang berbeda dapat menyebabkan peningkatan yang lebih besar dalam denyut jantung dan tekanan darah, sehingga memperbesar risiko kardiovaskular.
Untuk pria, akan menjadi lebih aman untuk tinggal di rumah, tetap setia kepada istri dan membakar kelebihan energi pada treadmill atau olahraga ringan lainnya.
Berhubungan seks sama halnya dengan olahraga yang dapat memacu tekanan darah dan kerja jantung. Tak hanya pada orang dengan riwayat sakit jantung, orang sehat pun bisa mengalami serangan jantung saat sedang berhubungan seksual.
Kurang dari 1 persen dari semua serangan jantung dipicu oleh hubungan seks, dibandingkan dengan 5 persen yang disebabkan oleh aktivitas fisik dan 3 persen karena emosi kemarahan.
Sebuah studi tahun 1996 yang dipublikasikan dalam
Journal of American Medical Associationmenghitung bahwa pada orang sehat tanpa riwayat penyakit jantung, kemungkinan aktivitas seksual menyebabkan serangan jantung adalah sekitar 2 per satu juta, seperti dilansir
MNN, Sabtu (1/9/2012).
Pada orang dengan riwayat serangan jantung sebelumnya, risiko mengalami serangan jantung dari seks masih sekitar 20 per sejuta. Namun risiko tersebut akan lebih rendah bila pasien jantung berolahraga secara teratur.
Seks umumnya aman bagi orang dengan penyakit jantung koroner, membawa risiko yang sangat rendah memicu serangan jantung. Tapi pria dengan penyakit jantung koroner perlu mengikuti aturan dan hati-hati dengan perselingkuhan.
Serangan jantung saat bercinta juga kerap terjadi ketika seorang pria mengonsumsi obat kuat. Hal ini disampaikan oleh Dr Andri Wanananda, MS, seksolog dari Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Jakarta.
"Sekarang banyak obat kuat yang dijual bebas. Tapi kalau pria beli sembarangan tanpa resep dokter dan dia lagi minum obat, hati-hati obat jantung Isosorbide Dinitrate bisa menyebabkan dia hipotensi (tekanan darah turun) dan bisa-bisa
"mati di atas pusar" (meninggal saat sedang bercinta). Sekarang banyak kasus begitu karena belinya asal," jelas Dr Andri.
Isosorbide dinitrate adalah jenis vasodilator (pelebar pembuluh jantung). Obat ini mengendurkan pembuluh darah, meningkatkan persediaan darah dan oksigen ke jantung. Obat ini digunakan untuk mencegah sakit di dada yang disebabkan oleh angina.
Yang perlu diperhatikan, obat jantung ini berkontra-indikasi pada pemberian obat bersamaan dengan inhibitor phosphodiesterase (dikenal dengan Sildenafil atau Viagra).
"Orang yang habis mengalami serangan jantung sebenarnya masih bisa berhubungan seks, dengan catatan dia tidak ngos-ngosan, tidak nyeri dada dan tidak sedang mengonsumsi obat jantung. Kalau tidak, bisa juga menyebabkan "mati di atas pusar"," tutup Dr Andri.
Sebuah studi di Jerman menunjukkan bahwa ketika serangan jantung yang terjadi selama atau setelah berhubungan seks, korbannya hampir selalu adalah pria usia tua yang terlibat dalam perselingkuhan dengan wanita yang lebih muda.
Penyebabnya adalah kegembiraan yang meningkat terkait dengan mitra asing dan pengaturan yang berbeda dapat menyebabkan peningkatan yang lebih besar dalam denyut jantung dan tekanan darah, sehingga memperbesar risiko kardiovaskular.
Untuk pria, akan menjadi lebih aman untuk tinggal di rumah, tetap setia kepada istri dan membakar kelebihan energi pada treadmill atau olahraga ringan lainnya.
Berhubungan seks sama halnya dengan olahraga yang dapat memacu tekanan darah dan kerja jantung. Tak hanya pada orang dengan riwayat sakit jantung, orang sehat pun bisa mengalami serangan jantung saat sedang berhubungan seksual.
Kurang dari 1 persen dari semua serangan jantung dipicu oleh hubungan seks, dibandingkan dengan 5 persen yang disebabkan oleh aktivitas fisik dan 3 persen karena emosi kemarahan.
Sebuah studi tahun 1996 yang dipublikasikan dalam
Journal of American Medical Associationmenghitung bahwa pada orang sehat tanpa riwayat penyakit jantung, kemungkinan aktivitas seksual menyebabkan serangan jantung adalah sekitar 2 per satu juta, seperti dilansir
MNN, Sabtu (1/9/2012).
Pada orang dengan riwayat serangan jantung sebelumnya, risiko mengalami serangan jantung dari seks masih sekitar 20 per sejuta. Namun risiko tersebut akan lebih rendah bila pasien jantung berolahraga secara teratur.
Seks umumnya aman bagi orang dengan penyakit jantung koroner, membawa risiko yang sangat rendah memicu serangan jantung. Tapi pria dengan penyakit jantung koroner perlu mengikuti aturan dan hati-hati dengan perselingkuhan.
Serangan jantung saat bercinta juga kerap terjadi ketika seorang pria mengonsumsi obat kuat. Hal ini disampaikan oleh Dr Andri Wanananda, MS, seksolog dari Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Jakarta.
"Sekarang banyak obat kuat yang dijual bebas. Tapi kalau pria beli sembarangan tanpa resep dokter dan dia lagi minum obat, hati-hati obat jantung Isosorbide Dinitrate bisa menyebabkan dia hipotensi (tekanan darah turun) dan bisa-bisa
"mati di atas pusar" (meninggal saat sedang bercinta). Sekarang banyak kasus begitu karena belinya asal," jelas Dr Andri.
Isosorbide dinitrate adalah jenis vasodilator (pelebar pembuluh jantung). Obat ini mengendurkan pembuluh darah, meningkatkan persediaan darah dan oksigen ke jantung. Obat ini digunakan untuk mencegah sakit di dada yang disebabkan oleh angina.
Yang perlu diperhatikan, obat jantung ini berkontra-indikasi pada pemberian obat bersamaan dengan inhibitor phosphodiesterase (dikenal dengan Sildenafil atau Viagra).
"Orang yang habis mengalami serangan jantung sebenarnya masih bisa berhubungan seks, dengan catatan dia tidak ngos-ngosan, tidak nyeri dada dan tidak sedang mengonsumsi obat jantung. Kalau tidak, bisa juga menyebabkan "mati di atas pusar"," tutup Dr Andri.