Program Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang diluncurkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memang disambut baik dan bermanfaat langsung untuk masyarakat. Namun, petugas puskesmas punya cerita berbeda.
Zaenal Abidin, penanggung jawab loket Puskesmas Marunda, Jakarta Utara, mengaku kewalahan dan butuh partner di loket.
"Akibat program baru, beban kerja petugas puskesmas menjadi bertambah. Saya berharap ada penambahan SDM karena pengunjung sekarang banyak," curhat Zaena
Selain penambahan SDM, Zaenal merasa ruangan puskesmas kurang memadai. Kursi tunggu yang hanya berkapasitas 30 orang harus dikerubuti pasien yang jumlahnya ratusan orang.
Selain itu, kata Zaenal, dokter juga menjadi kewalahan. Padahal, untuk di setiap bagian, hanya tersedia satu dokter yang bertugas.
"Kami bekerja sendiri-sendiri di setiap bagian, dokter umum satu, dokter gigi satu. Kalau mereka rapat keluar, siapa yang gantiin? Perawat satu saja sudah mau pensiun. Saya di loket idealnya berdua. Satu orang melayani, satu orang mencari data, belum lagi adanya mesin KJS," ujarnya.
Zaenal mengaku senang banyak pasien datang ketimbang sepi. Hanya saja, dia berharap SDM-nya pun memadai untuk melayani ratusan warga pengguna Kartu Jakarta Sehat.
"Semua masalah itu sudah saya laporkan ke kecamatan dan disuruh sabar. Ya, enggak masalah kan sudah tugas kita. Tapi, agak sebel juga udah kerja sendiri masih aja dimarahin pengunjung. Saya kan juga punya kekurangan, enggak sempurna," katanya.
Kondisi seperti ini, lanjut Zaenal, pasti berujung pada hal yang biasa dan mudah dilakukan di kemudian hari. "Segala sesuatu yang baru ya begini, nanti juga terbiasa," ujarnya.
Menurut salah satu komentar di media, menyebutkan apakah mereka terbiasa santai atau setelah bebarapa minggu, pasti akan terbiasa dgn kesibukan ini... toh selama ini pegawai puskesmas gak ada kerjaannya
()
Zaenal Abidin, penanggung jawab loket Puskesmas Marunda, Jakarta Utara, mengaku kewalahan dan butuh partner di loket.
"Akibat program baru, beban kerja petugas puskesmas menjadi bertambah. Saya berharap ada penambahan SDM karena pengunjung sekarang banyak," curhat Zaena
Selain penambahan SDM, Zaenal merasa ruangan puskesmas kurang memadai. Kursi tunggu yang hanya berkapasitas 30 orang harus dikerubuti pasien yang jumlahnya ratusan orang.
Selain itu, kata Zaenal, dokter juga menjadi kewalahan. Padahal, untuk di setiap bagian, hanya tersedia satu dokter yang bertugas.
"Kami bekerja sendiri-sendiri di setiap bagian, dokter umum satu, dokter gigi satu. Kalau mereka rapat keluar, siapa yang gantiin? Perawat satu saja sudah mau pensiun. Saya di loket idealnya berdua. Satu orang melayani, satu orang mencari data, belum lagi adanya mesin KJS," ujarnya.
Zaenal mengaku senang banyak pasien datang ketimbang sepi. Hanya saja, dia berharap SDM-nya pun memadai untuk melayani ratusan warga pengguna Kartu Jakarta Sehat.
"Semua masalah itu sudah saya laporkan ke kecamatan dan disuruh sabar. Ya, enggak masalah kan sudah tugas kita. Tapi, agak sebel juga udah kerja sendiri masih aja dimarahin pengunjung. Saya kan juga punya kekurangan, enggak sempurna," katanya.
Kondisi seperti ini, lanjut Zaenal, pasti berujung pada hal yang biasa dan mudah dilakukan di kemudian hari. "Segala sesuatu yang baru ya begini, nanti juga terbiasa," ujarnya.
Menurut salah satu komentar di media, menyebutkan apakah mereka terbiasa santai atau setelah bebarapa minggu, pasti akan terbiasa dgn kesibukan ini... toh selama ini pegawai puskesmas gak ada kerjaannya
()